Yuniarti, dengan nama panggilan Buk Jojo kelahiran Lubuk Muda 40 tahun yang lalu, anak ke- 2 dari 6 bersaudara. Sejak 2008 tinggal di Kelurahan Mundam bersama suami dan dua orang anak. Buk Jojo dikenal sebagai perempuan aktif berawal dari sebagai anggota LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan), kader kesehatan kelurahan Mundam yang mengajak perempuan-perempuan dan orang tua untuk berprilaku hidup sehat. Hingga sekarang buk Jojo juga aktif sebagai PKD (Panwas Kelurahan Daerah) untuk pemilihan walikota periode 2020 – 2025.
Sebagai perempuan aktif beliau tidak fokus pada kegiatan rumah tangga saja, bersama perempua-perempuan Kelurahan Mundam turut mengembangkan usaha kecil-kecilan. Bertujuan untuk bisa menghasilkan pendapatan dari produksi rumah tangga. Kegiatan ini juga tidak mengharuskan mereka meninggalkan pekerjaan rumah seperti yang di lakukan perempuan pada umumnya. Karena merupakan produksi rumah tangga, tempat dan peralatan juga tidak jauh dari dapur mereka.
Buk Jojo juga mengajak perempuan Kelurahan Mundam untuk memanfaatkan pekarangan rumah. Dengan menanam jenis tanaman yang bisa memenuhi kebutuhan dapur, seperti tomat, cabe, jahe dll. Adapun manfaat dari penggunaan pekarangan ini mampu mengurangi anggaran belanja dapur. Selain pekarangan rumah masing-masing, buk Jojo juga memiliki kelompok perempuan, merupakan sarana dan wadah buk Jojo dalam pengembangan usaha dodol jahe dan serbuk jahe.
Kelompok perempuan Mundam Bersatu terbentuk atas inisiasi RWWG (Riau Women Working Group) pada tanggal 21 Maret 2017 di kantor Kelurahan Mundam Kec. Medang Kampai Kotamadya Dumai. Kelompok ini terdiri dari perempuan-perempuan aktif yang terdiri dari ibu rumah tangga, petani tanaman nenas, perempuan yang tidak memiliki kegiatan selain pekerjaan rumah. Jumah kelompok 20 orang yang di ketua oleh Buk Yuniarti (Jojo). Kegiatan awal yang dilakukan oleh kelompok Perempuan Mundam Bersatu yaitu melakukan kegiatan pengolahan lahan gambut dengan menanam tanaman jahe merah. Kegiatan ini bermula dengan mengolah lahan dengan membersihkan serta membuat bedengan yang dilakukan oleh anggota kelompok dengan cara kerja bersama-sama.
Sebelum melakukan penanaman kelompok awalnya di beri pengetahuan dalam bentuk peningkatan kapasitas anggota kelompok perempuan cara penanaman jahe merah di lahan gambut. Tanaman jahe merah ini bisa panen setelah lebih kurang 9 – 10 bulan masa tanam. Pada awalnya setelah panen tanaman jahe yang tumbuh ini masih di jual mentah dan digunakan sebagai obat-obatan tradisional masyarakat.
Oleh Buk Jojo, ia melakukan inovasi produk dari jahe merah yaitu mengolah turunan jahe menjadi produk olahan makanan seperti dodol jahe merah dan serbuk jahe merah. Dua jenis produk ini diolah oleh ibu Jojo bersama anggota kelompok perempuan Mundam Bersatu. Produk makanan dari jahe merah awalnya mereka coba dan mereka tawarkan kepada beberapa pihak, dan RWWG sendiri juga mencoba memasarkan ke pihak instansi seperti ICCTF, Bappenas. Serbuk jahe merah ini menjadi olahan andalan selain tahan beberapa bulan dan juga baik untuk minuman hangat bagi kesehatan. Dodol jahe merah hanya tahan beberapa minggu saja.
Sejak berdirinya kelompok dari 2017 hingga sekarang 2020, buk Jojo masih aktif dengan produk olahan jahe merahnya, dodol jahe dan serbuk jahe. Aktif dengan beberapa instansi pemerintah dumai dengan melakukan peningkatan produk berupa izin PIRT ( Pangan Industri Rumah Tangga) , BPOM ( Badan Pengolah obat dan makanan), label halal MUI pada makanan. Semuanya sudah di dapatkan oleh buk Jojo secara mandiri, dengan adanya izin serta label halal semakin meningkatkan nilai jual pasar produk dodol jahe dan serbuk jahe.
Produk serbuk jahe masih di produksi oleh beberapa orang jika ada pesanan. Produk serbuk ini belum di olah dalam skala besar, masih produksi rumahan karena tidak menggunakan bahan pengawet jadi ketahanannya hanya beberapa bulan saja.
Narasi : Rina Syahputri.
Comments